SELAMAT DATANG DI BLOG SEKOLAH DASAR NEGERI 01 KENDAWANGAN - BERSAMA KITA UKIR PRESTASI

Minggu, 29 Januari 2012

Sejarah Singkat Kelahiran Nabi Muhammad SAW


Sejarah Singkat Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Alhamdulillah, segala Puja dan Puji hanya milik ALLAH SWT, Tuhan seluruh alam ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, para keluarganya, serta para penerus perjuangannya, amien…

Bertepatan dengan momen Maulid Nabi Muhammad SAW, ijinkan saya yang dhoif dan banyak dosa ini sedikit berbagi tentang sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah, kita akan semakin cinta kepada Beliau, sehingga kelak bisa termasuk salah satu umatnya yang mendapatkan syafaat dari Beliau di yaumil kiamah, amien…

Sejarah ini saya ambil dari buku “ SIRAH NABAWIYAH “ karangan Syech Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, pemenang (juara 1) lomba penulisan Sejarah Nabi yang diadakan oleh Rabithah Al-Alam Al-Islamy. Selain itu juga ada beberapa sumber lain dari internet sekedar sebagai pembanding. Khususnya mengenai adanya perbedaan tanggal dan bulan kelahiran Nabi SAW.

Rasulullah SAW dilahirkan ditengah keluarga Bani Hasyim di Makkah pada senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, tahun gajah. Atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April tahun 571 M. hal ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-Manshurfury, dan peneliti astronomi, Mahmud Basya.

Mengenai tanggal dan bulan kelahiran Nabi, sesungguhnya terdapat perbedaan pendapat dari para sejarawan dan para ulama’. Ada yang berpendapat Beliau lahir pada bulan muharram, bulan Safar. Tapi mayoritas berpendapat Beliau lahir pada Bulan Rabi’ul Awwal tahun gajah. Mengenai tanggal kelahirannya pun banyak pendapat yang bermunculan. Ada yang mengatakan tanggal 2 Rabi’ul Awwal, tanggal 8, tanggal 9, maupun tanggal 12 Rabi’ul Awwal seperti yang diyakini sebagian besar masyarakat muslim Indonesia. Tapi perbedaan itu tidak perlu kita perdebatkan. Masing-masing punya argument, jadi lebih baik kita saling menghormati perbedaan pendapat tersebut.

Diriwayatkan bahwa ada beberapa bukti pendukung kerasulan beliau, yang terjadi bertepatan dengan saat kelahiran beliau. diantaranya, runtuhnya sepuluh balkon istana Kisra, dan padamnya api yang biasa disembah orang-orang Majusi serta runtuhnya beberapa gereja disekitar Buhairah. Yang demikian diriwayatkan oleh Al-Baihaqy.

Sementara Ibnu Sa’d meriwayatkan, bahwa ibunda Rasulullah, Siti Aminah berkata, “ Setelah bayiku keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam “

Setelah Aminah melahirkan, dia mengirim utusan ke rumah Abdul Muththalib, kakek Rasulullah. Maka Abdul Muththalib datang dengan perasaan suka cita, lalu membawa beliau ke dalam Ka’bah, seraya berdo’a kepada ALLAH SWT dan bersyukur kepada-NYA. Dia memilihkan nama Muhammad bagi beliau. Nama ini belum pernah dikenal dikalangan Arab. Beliau dikhitan pada hari ketujuh, seperti yang biasa dilakukan orang2 arab. Namun ada juga pendapat yang menyatakan bahwa beliau dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan.

Wanita pertama yang menyusui beliau setelah ibundanya adalah Tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab, yang kebetulan sedang menyusui anaknya yang bernama Masruh. Sebelumnya, wanita ini juga menyusui Hamzah bin Abdul Muththalib, juga menyusui Abu Salamah bin Abdul-Asad Al-Makhzumy.

Di Tengah Bani Sa’d

Tradisi yang berjalan dikalangan Bangsa Arab yang relative sudah maju, mereka mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anak-anaknya, sebagai langkah antisipasi menjauhkan anak-anak itu dari penyakit yang biasa menjalar di daerah yang sudah maju. Agar tubuh bayi itu menjadi kuat, otot-ototnya kekar, dan keluarga yang menyusuinya bisa mengajarinya bahasa arab. Maka Abdul Muththalib mencari para wanita yang bisa menyusui beliau, yaitu Halimah bin Abu Dzu’aib dari Bani Sa’d bin Bakr.

Paman beliau, Hamzah bin Abdul Muththalib juga pernah disusui oleh Halimah As-Sa’diyah. Jadi Hamzah adalah saudara sepersusuan Rasulullah dari dua pihak, yaitu dari Tsuwaibah dan dari Halimah As-Sa’diyah.
Berikut adalah penuturan dari Halimah As-Sa’diyah, yang dapat merasakan barakah yang luar bisa selama menyusui dan merawat Rasulullah SAW.

“ Itu terjadi pada masa paceklik, tak banyak dari kekayaan kami yang tersisa. Aku pergi sambil naik keledai betina berwarna putih milik kami dan seekor unta yang sudah tua dan tidak bisa lagi diperas susunya walau hanya setetes. Sepanjang malam kami tidak pernah bisa tidur karena harus meninabobokkan bayi kami yang terus-terusan menangis karena kelaparan. Air susuku juga tidak bisa diharapkan. Sekalipun kami tetap masih mengharapkan adanya uluran tangan dan jalan keluar. Akau pun pergi sambil menunggang keledai betina milik kami dan hampir tidak pernah turun dari punggungnya, sehingga keledai itupun semakin lemah kondisinya. Akhirnya kami serombongan tiba di Makkah dan segera mencari bayi yang bisa kami susui. Setiap wanita dari rombongan kami yang ditawari Rasulullah SAW pasti menolaknya, setelah tahu bahwa beliau adalah anak yatim. Tidak mengherankan, karena kami memang mengharapkan imbalan yang cukup memadai dari bapak bayi yang kami susui.”

Seperti sudah kita ketahui, ayah beliau, Abdullah bin Abdul Muththalib meninggal dunia ketika beliau masih dalam kandungan. Warisan yang ditinggalkan Abdullah berupa lima ekor unta, sekumpulan domba, pembantu wanita Habsyi, yang namanya Barakah, dan berjuluk Ummu Aiman. Dialah salah satu orang yang mengasuh Rasulullah SAW. Warisan tersebut tidak bisa dibilang banyak untuk ukuran orang arab pada zaman itu.

Kembali lagi ke penuturan Halimah, “ Setiap wanita dari rombongan kami telah mendapatkan bayi yang akan disusuinya, kecuali aku sendiri. Tatkala kami sudah bersiap-siap untuk kembali, aku berkata kepada suamiku, “ Demi ALLAH, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku wanita tanpa membawa seorang bayi yang kusususi. Demi ALLAH, aku benar2 akan mendatangi anak yatim itu dan membawanya.”

Kemudian suamiku, ( Al-Harits bin Abdul-Uzza yang berjuluk Abu Kabsyah ) menjawab “ Memang ada baiknya jika engkau melakukan hal itu. Semoga saja ALLAH mendatangkan barokah bagi kita pada diri anak itu.”

Maka aku pun menemui bayi itu (beliau) dan aku siap membawanya. Tatkala menggendongnya seakan-akan aku tidak merasa repot karena mendapat beban yang lain. Aku segera menghampiri hewan tungganganku, dan tatkala puting susuku aku sodorkan kepadanya, bayi itu bisa menyedot air susuku sesukanya dan meminumnya hingga kenyang. Anak kandungku sendiri juga dapat menyedot air susuku sepuasnya hingga kenyang. Setelah itu, keduanya tertidur dengan pulas. Padahal sebelum itu kami tidak pernah tidur sepicing pun karena repot mengurus bayi kami. Suamiku menghampiri untanya yang sudah tua. Ternyata air susunya menjadi penuh. Maka kami memerahnya. Suamiku bisa minum air susu unta kami, begitu pula aku, hingga kami benar-benar kenyang. Malam itu adalah malam yang terasa paling indah bagi kami.

“ Demi ALLAH, tahukah engkau Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh barakah,” kata suamiku pada esok harinya.

“ Demi ALLAH, aku pun berharap yang demikian itu, “ kataku.

Halimah melanjutkan penuturannya, “ kemudian kami pun bersiap-siap pergi dan aku menunggang keledaiku. Semua bawaan kami juga kunaikkan bersamaku diatas punggungnya. Demi ALLAH, setelah kami menempuh perjalanan sekian jauh, tentulah keledai-keledai mereka tidak akan mampu membawa beban seperti yang aku bebankan di atas punggung keledaiku. Sehingga rekan-rekanku berkata kepadaku, “ Wahai putri Abu Dzu’aib, celaka engkau! Tunggulah kami!

Bukankah ini keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita dulu?”

“ Demi ALLAH, begitulah. Ini adalah keledaiku yang dulu,” kataku.

“ Demi ALLAH, keledaimu itu kini bertambah perkasa, “ kata mereka.

Kami pun tiba di tempat tinggal kami di daerah Bani Sa’d. aku tidak pernah melihat sepetak tanah pun milik kami yang lebih subur dari saat itu. Domba-domba kami menyongsong kedatangan kami dalam keadaan kenyang dan air susunya juga penuh berisi, sehingga kami bisa memerahnya dan meminumnya. Sementara setiap orang yang memerah air susu hewannya sama sekali tidak mengeluarkan air susu walau setetes pun dan kelenjar susunya juga kempis. Sehingga mereka berkata garang kepada para gembalanya, “celakalah kalian! Lepaskanlah hewan gembalaan kalian seperti yang dilakukan gembalanya putri Abu Dzu’aib.” Namun domba-domba mereka pulang ke rumah tetap dalam keadaan lapar dan tak setetes pun mengeluarkan air susu. Sementara domba-dombaku pulang dalam keadaan kenyang dengan kelenjar sususnya penuh berisi. Kami senantiasa mendapatkan tambahan barakah dari kebaikan dari ALLAH selama dua tahun kami menyusui anak susuan kami (Rasulullah). Lalu kami menyapihnya. Dia tumbuh dengan baik, tidak seperti bayi-bayi yang lain. Bahkan sebelum usia dua tahun pun dia telah tumbuh dengan pesat. Kemudian kami membawanya kepada ibunya, meskipun kami masih berharap agar anak itu tetap berada ditengah2 kami, karena kami bisa merasakan barakahnya. Maka kami menyampaikan niat ini kepada ibunya. Aku berkata kepadanya, “ andaikan saja engkau mengijinkan anak ini tetap bersama kami hingga besar. Sebab aku khawatir dia terserang penyakit yang biasa menjalar di Makkah.” Kami terus merayu ibunya agar dia berkenan mengembalikan anak itu tinggal bersama kami.

Begitulah akhirnya Rasulullah SAW kembali tinggal ditengah Bani Sa’d, hingga tatkala Beliau berumur empat atau lima tahun, terjadi peristiwa pembelahan dada beliau.

Muslim meriwayatkan dari Anas, Bahwa Rasulullah SAW didatangi Jibril a.s, yang saat itu beliau sedang bermain bersama anak-anak kecil lainnya. Jibril memegang beliau dan menelentangkannya, kemudian membelah dadanya dan mengeluarkan hati beliau, dan mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata, “ ini adalah bagian syetan yang ada pada dirimu.” Lalu Jibril a.s mencucinya disebuah baskom dari emas, dengan menggunakan air zamzam, kemudian menata dan memasukkannya kembali ke tempatnya semula. Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susuannya dan berkata, “Muhammad telah dibunuh!” mereka pun datang menghampiri beliau yang wajah beliau semakin berseri.

Kembali ke Pangkuan Ibu Tercinta

Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu, Halimah merasa khawatir terhadap keselamatan beliau, hingga dia mengembalikannya kepada ibu beliau. Maka beliau hidup bersama ibunda tercinta sampai umur enam tahun.

Ibunda, Siti Aminah, merasa perlu mengenang suaminya yang telah meninggal dunia, dengan cara mengunjungi (berziarah) ke kuburannya di Yatsrib. Maka dia pergi dari Makkah untuk menempuh perjalanan sejauh 500 kilometer, bersama putranya yang yatim, Muhammad SAW, disertai pembantu wanitanya, Ummu Aiman.

Abdul Muththalib mendukung hal itu. Setelah menetap selama sebulan di Madinah, Aminah dan rombongannya siap-siap kembali ke Makkah. Dalam perjalanan pulang itu, dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa’, yang terletak anatara Makkah dan Madinah.

Kembali ke Kakeknya yang penuh kasih sayang

Kemudian beliau kembali ke tempat kakeknya, Abdul Muththalib di Makkah. Perasaan kasih sayang disanubarinya terhadap cucunya yang kini yatim piatu semakin terpupuk. Cucunya harus menghadapi cobaan baru diatas lukanya yang lama. Hatinya bergetar oleh perasaan kasih sayang, yang tidak pernah dirasakannya, sekalipun terhadap anak-anaknya sendiri. Dia tidak ingin cucunya hidup sebatang kara. Bahkan dia lebih mengutamakan cucunya daripada anak-anaknya.

Pada usia delapan tahun lebih dua bulan sepuluh hari dari umur Rsulullah SAW, kakek beliau, Abdul Muththalib, meninggal dunia di Makkah. Sebelum meninggal, Abdul Muththalib sudah berpesan menitipkan pengasuhan sang cucu kepada pamannya, Abu Thalib, saudara kandung bapak beliau.

Dibawah Asuhan Sang Paman

Abu Thalib melaksanakan hak anak saudaranya dengan sepenuhnya dan menganggap beliau seperti anaknya sendiri. Bahkan Abu Thalib lebih mengutamakan kepentingan beliau daripada anak-anaknya sendiri, mengkhususkan perhatian dan penghormatan. Hingga berumur lebih dari empat puluh tahun beliau mendapatkan kehormatan disisi Abu Thalib, hidup dibawah penjagaannya, rela menjalin persahabatan dan bermusuhan dengan orang lain demi membela beliau.

Bahira Sang Rahib

Selagi usia Rasulullah SAW mencapai 12 tahun, dan ada yang berpendapat lebih dua bulan sepuluh hari, Abu Thalib mengajak beliau pergi berdagang ke negeri Syam. Hingga ketika tiba di Bushra, suatu daerah yang sudah termasuk wilayah Syam, rombongan Abu Thalib ini bertemu dengan seorang Rahib yang terkenal dengan sebutan Bahira, yang nama aslinya adalah Jurjis. Tatkala rombongan singgah di daerah ini, maka sang rahib menghampiri mereka dan mempersilahkan mereka mampir ke tempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan. Padahal sebelum itu, sang Rahib tidak pernah keluar, namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah SAW dari sifat-sifat beliau. sambil memegang tangan beliau, sang rahib berkata, “ orang ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus ALLAH sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Abu Thalib bertanya, “ Darimana engkau tahu hal itu?”

Rahib Bahira menjawab, “ Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak bersujud melainkan kepada nabi. Aku bisa mengetahuinya dari cincin nubuwah yang berada dibagian bawah tulang rawan bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapatkan tanda itu di dalam kitab kami.”

Kemudian Rahib Bahira meminta agar Abu Thalib kembali lagi bersama beliau tanpa melanjutkan perjalanannya ke Syam, karena dia takut gangguan dari puhak orang-orang Yahudi. Maka Abu Thalib mengirim beliau bersama beberapa pemuda agar kembali lagi ke Makkah.

Penutup

Demikian sekelumit sejarah tentang kelahiran dan masa kecil Rasulullah SAW, sebagai sebuah pembelajaran bagi kita, khususnya bertepatan dengan momen Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi kita dalam mengingat kembali segala perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan agama Islam. Karena harus jujur kita akui bahwa kita sering sekali melupakan sosok panutan seluruh alam ini. Semoga kita termasuk orang-orang yang kelak mendapat syafaat dari Beliau di yaumil akhir, Amien Ya Rabbal’alamien…..

Dikutip dari jejaklangkahkaki  Posted on  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar